BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Mie merupakan jenis makanan yang
paling populer di Asia khususnya Asia Timur dan Asia Tenggara. Tepung terigu
merupakan bahan dasar yan paling banyak
digunakan khususnya untuk membuat mie instan dan mie basah yang sudah banyak
dikembangkan dan dikonsumsi masyarakat Indonesia, mulai dari masyarakat
golongan ekonomi bawah, menengah, hingga atas. Mie tidak hanya cocok bagi lidah
masyarakat Indonesia dan memiliki nilai gizi yang baik, mie
rendah akan kandungan kalorinya sehingga cocok untuk orang yang sedang
menjalani diet rendah kalori, tetapi juga
penyajiannya praktis. Mie dipasarkan dalam bentuk kering dan basah.
Dalam pembuatan mie ada beberapa faktor yang sangat penting untuk
diperhatikan dalam pembuatan mie yang baik adalah jumlah air yang digunakan
lamanya pengadukan, dan suhu. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan perubahan
warna pada penyimpanan selama 24 jam yakni : protein, moisture dan ash.
A. Tujuan
Tujuan
dari pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk
mengetahui cara pembuatan mie dari tepung terigu
2. Untuk mengetahui kualitas warna pada
mie dengan menggunakan alat Minolta
Chromameter.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mi (atau juga sering ditulis mie) adalah adonan tipis dan
panjang yang telah digulung, dikeringkan, dan dimasak dalam air mendidih.
Istilah ini juga merujuk kepada mi kering yang harus dimasak kembali dengan
dicelupkan dalam air. Orang Italia, Tionghoa, dan Arab telah
mengklaim bangsa mereka sebagai pencipta mi, meskipun tulisan tertua mengenai
mi berasal dari Dinasti Han Timur antara
tahun 25 dan 220 Masehi. Pada Oktober 2005, mi tertua yang diperkirakan berusia
4.000 tahun ditemukan di Qinghai, Tiongkok.
(Anonim,2013)
Di
pasaran, mie dibagi ke dalam 3 jenis berdasarkan tingkat kematangannya, yaitu
mie kering, mie basah, dan mie instant. Sesuai namanya, mie basah dijual
dalam keadaan basah. Mie basah adalah mie yang belum dimasak, memiliki
kandungan air cukup tinggi yaitu sekitar 52%, sehingga daya tahan simpannya relatif singkat (40 jam
pada suhu kamar). Rasanya yang hambar membuat bahan makanan ini dapat diolah
dengan bumbu yang sesuai dengan selera. Biasanya dibuat dari adonan terigu,
air, garam, dan minyak. Pembuatan mie basah lebih sering dibuat dengan
mencampur air khi atau kansui atau lebih
dikenal dengan air abu. Dalam proses pembuatan mie, harus dipertimbangkan dalam
memilih terigu terutama adalah kadar protein dan kadar abunya. Kadar protein
mempunyai korelasi erat dengan jumlah gluten. Sedangkan kadar abu erat dengan
kualitas mie yang dihasilkan. Mie basah disebut juga mie kuning adalah jenis
mie yang mengalami perebusan dengan kadar air mencapai 52 % sehingga daya
tahan atau keawetannya cukup singkat. Pada suhu kamar hanya bertahan sampai
10-12 jam. Setelah itu mie akan berbau asam dan berlendir atau basi. Adapun
ciri-ciri mie basah yang baik adalah berwarna putih atau kuning terang, tekstur
agak kenyal, tidak mudah putus-putus. Pada umumnya mie yang disukai masyarakat
adalah mie berwarna kuning. Bentuk khas mie berupa pilinan panjang yang dapat
mengembang sampai batas tertentu dan lentur serta kalau direbus tidak banyak
padatan yang hilang. Semua ini termasuk sifat fisik mie yang sangat menentukan
terhadap penerimaan konsumen. Tanda-tanda kerusakan mie adalah berbintik putih
atau hitam karena tumbuhnya kapang, berlendir pada permukaan mie, berbau
asam dan berwarna agak gelap (Rizkina fitriyani, 2006).
Pembuatan adonan mie bahan-bahannya terdiri dari
terigu dan air alkali (air, garam, sodium, dan potassium).
Terigu banyak digunakan untuk pemuatan
mie, kue, roti, biskuit. Ciri khas terigu adalah mengandung protein yang lebih
tinggi dan dapat membentuk gluten yang berupa jaringan dari sebagian penyusun
protein, apabila terigu diberi air dan digilas-gilas. Adonan yang mengandung gluten
tersebut berikatan satu sama lain dan bersifat lenting, dengan demikian lebih
mudah dibentuk, lebih mudah matang, dalam keadaan encer adonan tidak segera
mengendap dibanding tepung beras. Pada produk makanan, gluten juga cenderung
memberikan rasa lebih enak daripada produk makanan yang dibuat dari tepung yang
lain. Tepung terigu adalah bahan dasar pembuatan mie. Tepung terigu diperoleh
dari biji gandum yang digiling. Tepung ini berfungsi untuk membentuk struktur
mie, sumber protein, dan karbohidrat. Kandungan protein utama tepung terigu
yang berperan dalam pembuatan mie adalah gluten. Protein dalam tepung terigu
untuk pembuatan mie harus dalam jumlah yang cukup tinggi supaya mie menjadi
elastis dan tahan terhadap penarikan sewaktu proses produksi berlangsung
(Rizkina fitriyani, 2007).
Air berfungsi sebagai media reaksi
antara gluten dan karbohidrat, melarutkan garam, dan membentuk sifat kenyal
gluten. Pati dan gluten akan mengembang dengan adanya air. Air yang digunakan
sebaiknya memiliki pH antara 6 – 9, hal ini disebabkan absorpsi air makin
meningkat dengan naiknya pH. Makin banyak air yang diserap, mie menjadi tidak
mudah patah. Jumlah air yang optimum membentuk pasta yang baik. Garam berperan
dalam memberi rasa, memperkuat tekstur mie, meningkatkan fleksibilitas dan
elastisitas mieserta mengikat air. Garam dapat menghambat aktivitas enzim
protease dan amilase sehingga pasta tidak bersifat lengket dan tidak mengembang
secara berlebihan (Anonim, 2010).
Natrium karbonat dan kalium karbonat
pada mie segar atau mie yang segera dimasak setelah dipotong mengakibatkan pH
lebih tinggi yaitu 7,0-7,5 dan warna sedikit kuning dan flavor disukai oleh
konsumen. Koponen-koponen tersebut berfungsi untuk mempercepat pengikatan
gluten, meningkatkan elastisitas dan fleksibilitas (garam fosfat) dan
meningkatkan sodium tripoliposfat digunakan sebagai bahan pengikat air, agar
air dala adonan tidak menguap sehingga adonan tidak mengalami pengerasan atau
kekeringan diperukaan sebelum proses pembentukan lembaran adonan (Trenggono,dkk,1990)
Chromameter merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur warna dari permukaan suatuobjek. Prinsip dasar dari alat ini ialah
interaksi antara energi cahaya diffus denganatom atau molekul dari objek yang
dianalisis.Setiap kromameter dengan tipe berbeda memiliki ruang pengukuran
dengan diameter yang berbeda pula. Sumber cahaya yang digunakan yaitu
lampu xenon. Lampu inilah yang akan menembak permukaan sampel yang
kemudian dipantulkan menuju sensor spektral. Selain itu,enam fotosel silikon sensitifitas
tinggi dengan sistem sinar balik ganda akan mengukur cahaya yang direfleksikan
oleh sampel (Anonim 2011).
Analisa warna pada cromameter ini didasarkan pada tiga
parameter yaitu nilai L yang menunjukkan tingkat kecerahan sample. Skala nilai
L ulai dari 0 sapai paling gelap 100 untuk sample yang paling cerah, standar
nilai L pada 0 jam yakni 76 dan pada 24 jam yakni 63. Parameter yang kedua
yaitu nilai a, menunjukkan warna cromatik campuran merah dan hijau. Nilai a
positif artinya warna sample cenderung
berwarna merah, sedangkan nilai a negatif warna sample cenderung berwarna
hijau. Paraeter ketiga adalah b, yang menunjukkan warna kroamatik campuran
kuning dan biru. Nilai b positif artinya warna sample cenderung berwarna
kuning, sementara nilai b negatif artinya warna sample cenderung berwarna biru
(Fitriani,2013).
Tahapan
pembuatan mie terdiri dari tahap pencampuran, roll
press (pembentukan lembaran), pembentukan mie.
Mixing, Tahap pencampuran
bertujuan agar hidrasi tepung dengan air berlangsung secara merata dan menarik
serat-serat gluten. Untuk mendapatkan adonan yang baik harus diperhatikan
jumlah penambahan air (28 – 38 %), waktu pengadukan (15-25 menit), dan suhu
adonan (24-40 oC)
Pelempengan/pemipihan, Proses
roll
press (pembentukan lembaran) bertujuan untuk menghaluskan
serat-serat gluten dan membuat lembaran adonan. Pasta yang dipress sebaiknya
tidak bersuhu rendah yaitu kurang dari 25 oC, karena pada suhu
tersebut menyebabkan lembaran pasta pecah-pecah dan kasar. Mutu lembaran pasta
yang demikian akan menghasilkan mie yang mudah patah. Tebal akhir pasta sekitar
1,2 – 2 mm.
Pencetakkan, di akhir proses
pembentukan lembaran, lembar adonan yang tipis dipotong memenjang selebar 1 – 2
mm dengan rool pemotong mie, dan selanjutnya dipotong melintang pada panjang
tertentu, sehingga dalam keadaan kering menghasilkan berat standar (Anonim,
2006).
BAB III
METODOLOGI
A.
Alat
dan Bahan
Alat-alat yang digunakan
dalam pembuatan mie adalah sebagai berikut :
·
Neraca Digital
·
Wadah untuk menibang
·
Sendok
·
Gelas plastik 1 Liter 2buah
·
Mixer
·
Penggilingan Mie
·
Minota cromameter
·
Plastik
Bahan yang digunakan dalam
pembuatan mie adalah sebagai berikut :
·
250 gram Terigu
·
2,5 gram garam
·
1 gram potassium
·
1,5 gram sodium
·
87,5 gram air
B.
Prosedur
Prosedur kerja
dalam pebuatan mie adalah sebagai berikut :
1.
Ditimbang
terigu sebanyak 250 gram.
2.
Ditimbang
air 87,5 g, 2,5 g garam, 1,5 g sodium, dan 1 g potassium untuk membuat larutan
alkali (jika membuat larutan harus dilebihkan dari jumlah sampel yang akan
dikerjakan).
3.
Larutan
diaduk hingga homogen.
4.
Ditimbang
larutan sebanyak 92,5 g (jumlah keseluruhan bahan larutan)
5.
Moxer
dinyalakan pada speed 1 dan dibiarkan mengaduk sample, bersamaan dengan itu
aktu diatur selama 1menit dan larutan alkali di masulkkan kedalam adonan.
6.
Kemudian
adonan discrap
7.
Kecepatannya
diganti menjadi speed 2 selama 4menit.
8.
Setelah
itu adonan dimasukkan kedalam plastik.
9.
Adonan
diremas hingga menyatu.
10. Adonan didiamkan selama 15 menit.
11. Adonan digiling pada ketebalan :
10,25; 10,25 (adonan dilipat dua); 10,25; 10,50 (adonan dilipat dua); 11,00;
11,25; 11,40.
12. Lembaran mie yang telah dihasilkan
diulur dengan ukuran lebar 15 cm sebanyak dua kali dan dipotong, diukur lagi
dengan ukuran 6 x 15 cm sebanyak dua kali, sehingga jumlah lembaran menjadi
empat lembar dan lembaran bagian atas dibuang.
13. Tiga lembar mie dianalisa warnanya
dengan menggunakan alat minolta cromameter (sebelum menggunakan alat minolta
cromammeter, alat tersebut harus dikalibrasi terlebih dahulu) dan disimpan
kedalam plastik.
14. Sisa lembaran panjang adonan dibentuk
menjadi mie, kemudian diambil sedikit demi sedikit dan disimpan sebagai sample.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1.
Hasil evaluasi warna mie
Sample
|
Gatot
Kaca
|
Kompas
|
Serdadu
Biru
|
|
0
Jam
|
L
a
b
|
77,17
-1,63
24,56
|
77,47
-1,65
24,29
|
80,46
-2,03
23,97
|
24
Jam
|
L
a
b
|
64,06
1,35
25,68
|
63,03
1,35
27,44
|
67,24
0,60
26,37
|
Sumber : Daily End
Product Test PDQC-PT.EPFM,Januari,2014
Keterangan
: L :Tingkat kecerahan mie
a : Tingkat kekusaman
mie
b
: tingkat kepucatan mie
A.
Pembahasan
Hasil evaluasi warna mie
dapat dilihat pada tabel 1 bahwa, pada 0 jam untuk L (tingkat kecerahan mie)
pada ketiga jenis mie, nilai tertinggi didapatkan dari mie yang menggunakan
tepung SERDADU BIRU yaitu 80,46,
kemudian mie yang menggunakan terigu KOMPAS
yaitu 77,47, sedangkan untuk L terendah di dapatkan dari mie yang menggunakan
terigu GATOT KACA yaitu 77,17. Dari
hasil tersebut dapat diketahui bahwa mie dengan tingkat kecerahan terbaik
adalah menggunakan terigu SERDADU BIRU
dikarenakan nilai Lyang diperoleh tinggi. Hal ini juga sesuai dengan pendapat
Fitriani (2013), bahwa nilai L yang menentukan kecerahan sample. Skala nilai L
mulai dari 0 untuk sample paling gelap hingga 100 untuk sample yang paling
cerah.
Dari tabel juga dapat dilihat nilai a
(tingkat kekusaman mie)pada ketiga jenis mie menunjukkan ke arah minus yang
artinya semakin hijau atau semakin kusam. Dan berdasarkan tabel 1 mie yang
paling tinggi nilai a nya ialah mie yang menggunakan terigu SERDADU BIRU dengan nilai -2,03, kemudian
mie yang menggunakan terigu KOMPAS dengan
nilai -1,65 dan nialai a terendah yaitu
mie yang menggunakan terigu GATOT KACA
dengan nilai -1,63, yang artinya mie yang warnanya paling kusam yaitu mie yang
terbuat dari terigu GATOT KACA. Hal
ini sesuai dengan pendapat dari Fitriani (2013) bahwa nilai a, menunjukkan
warna kromatik campuran merah dan hijau. Nilai a positif artinya warna sample
cenderung berwarna merah sedangkan nilai a negatif warna sample cenderung berwarna hijau.
Nilai b (tingkat kepucatan) dari
ketiga jenis mie dapat dilihat pada tabel 1 dimana nilai L tertinggi terdapat
pada mie yang menggunakan terigu GATOT
KACA dengan nilai 24,56, keudian mie yang menggunakan terigu KOMPAS dengan nilai 24,29, dan nilai b
terendah terdapat pada mie yang enggunakan terigu SERDADU BIRU dengan nilai 23,97. Hal ini sesuai dengan pendapat
Fitriani (2013) bahwa nilai b, yang
menunjukkan warna kroamatik campuran kuning dan biru. Nilai b positif artinya
warna sample cenderung berwarna kuning, sementara nilai b negatif artinya warna
sample cenderung berwarna biru.
Lembaran mie yang didiamkan selama 24 jam kemudian
dianalisa warnanya, dan didapatkan hasil pada terigu pertama GATOT KACA nilai L (64,06), a (1,35),
dan b (25,68), terigu kedua KOMPAS
nilai L (63,03), a (1,35) dan b (27,44) dan terigu yang ketiga SERDADU BIRU nilai L (64,24), a (0,6),
dan b (26,37) yang menandakan bahwa mie yang didiamkan selama 24 jam lebih
gelap dan kusam. Hal ini terjadi karena slah satu sifat dari terigu yaitu mudah
terosidasi.
Proses pencapuran terigu dengan
penabahan air alkali harus diperhatiakan, jumlah penambahan air alkali sebanyak
92,5 g, (Air 87,5 g , Garam 2,5 g, Sodium carbonat 1,5 g, dan potassium
carbonat 1 g) air alkali itu sendiri adalah untuk mempercepat terjadinya
gelatinisasi serta agar adonan yang dihasilkan tidak kering dan tidak lengket,
dan ketika peberian larutan pada proses pencampuran dalam mixer diberikan
sedikit demi sedikit sehingga
keseluruhan tepung mendapatkan distribusi larutan. Hal ini seperi yang
dikatakan oleh Anonim (2010) bahwa, proses pencapuran bahan-bahan dalam mixer bertujuan agar hidrasi tepung
dengan air berlangsung secara merata dan menarik serat-serat gluten. Untuk
mendapatkan adonan yang baik harus diperhatikan.
Tujuan adonan di diamkan selama 15 menit agar
air yang terdapat dalam adonan dapat merata dan menyatu dengan adonan lainnya.
Pebentukan lembaran dilakukan beberapa
tahap, yaitu tahap pertama ketebalan 10,25 keudian di fold dan dipress pada
ketebalan 10,25, diulang lagi dengan ketebalan yang saa tetapi tidak difold.
Setelah itu adonan difold dan di press dengan ketebalan 10,50, selanjutnya di
press tanpa difold dengan ketebalan 11,00, 11,10, 11,25, dan 11,40 proses ini
bertujan untuk membuat lebaran adonan. Hal ini sperti yang dikatakan oleh Anonim
(2010) bahwa, proses roll
press (pembentukan
lembaran) bertujuan untuk menghaluskan serat-serat gluten dan membuat lembaran
adonan.
Adonan yang telah di press kemudian
dipotong ujung yang tidak rata dan diukur sepanjang 15 cm sebanyak 2 buah dan
di potong, setelah itu ditumpuk dua diputar vertikal keatas kemudian dipotong
bagian yang tidak rata, setelah itu adonan yang sudah rata diukur sepanjang 6cm
sebanyak 4 lebar, 1 lembar (lebar paling atas) dikeluarkan, ketiga lembar
adonan diukur warnanya menggunakan alat Minolta
Chromameter (pastikan alat telah dikalibrasi)di atas kertas putih, bagian
adonan yang dianalisa warnanya yaitu pada bagian atas dan bawah sehingga
didapatkan 6 data, ke enam data tersebut dirata-ratakan dengan cara tekan statistic pada alat dan tekan enter sebanyak dua kali, kemudian data
dicatat.
Setelah warna di analisa menggunakan
alat minolta lebaran adonan diasukkan kedalam plastik, agar adonan tidak kering
dan tidak cepat teroksidasi, adonan disimpan selama 24 jam, sisa adonan di
cetak menjadi mie, beberapa helai mie ditaruh diatas plastik yang berisi
lembaran adonan mie yang telah dianalisa warnanya.setelah 24 jam lembaran
adonan mie dianalisa warnayan
menggunakan alat Minolta Cromameter, tetapi lembaran yang dianalisa hanya
lembaran bagian atas dan bagian bawah, tujuan pengujian ini ialah untuk
mengrtahui perubahan warna yang terjadi selaa 24 jam. Jika warnanya terlalu
gelap dan menimbulkan bau yang tidak sedap, maka mie tidak layak untuk
dikonsumsi.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpilan
dari laporan ini adalah :
1.
Mie
dapat dibuat dengan menggunakan terigu dan larutan alkali.
2.
Kualitas warna mie sangat berpengaruh dalam
produksi dan di pengaruhi oleh kadar abu, air, dan protein.
B.
Saran
Proses
penyimpanan lembaran mie harus diperhatikan agar tidak terjadi reaksi oksidasi
yang terlalu cepat yang menyebabkan mie menjadi gelap akibat udara sekitar dan
juga perhatikan alat Minolta Cromameter
agar terkalibrasi sebelum digunakan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim,
2013, Mie, http://id.wikipedia.org/wiki/Mi_(makanan),
diakses pada tanggal 12 januari 2014, Makassar
Fitriani,
2013, chromameter, http://repository.UNV.de.id/bisrean/123456789/8/bab31.pdf,
diakses pada tanggal 12 januari 2014, Makassar
Mahudin
zuhri, Ahmad, 2006, Proses pembuatan mie,
http://lordbroken.wordpress.com/2010/06/23/proses-pembuatan-mie/ , diakses pada tanggal 12 januari 2014, Makassar
Rizkina,fitriyani,
2011, Pembuatan mie basah, http://berkarya-prestasi.blogspot.com/2011/12/acara-iii-pembuatan-mie-basah.html, diakses pada
tanggal 14
januari 2014, Makassar
Tranggono,
sutordi, dkk,1990, Bahan tabahan pangan, http://nurusholah.tubmblr.com/post/2671988976/laporan-food-additive-tinjauan-pustaka-bahan-pengawet
yuliana
sari,lika, 2013, pengukuran warna,http://www.academia.edu/4520713/PENGKONDISIAN_MAKALAH_TEORI, diakses pada 14 januari 2014,
Makassar